Archive for 2017

Rasamu Tidak Pernah Menjadi Milikmu Seutuhnya

Setiap orang mempunyai cara tersendiri menyembunyikan kesedihannya. Setiap luka mampu sembuh jika ada seseorang yang mau membalutnya. Kamu mencakar hatiku dari belakang. Batinku berselimut sakit sampai sekarang. Sedihku tak tertahankan. Berkali-kali aku berjuang, tapi berkali-kali pula kamu sia-siakan. Kesabaranku perlahan mulai menguap. Kakiku lelah mengejarmu berlari, padahal ku tahu bahwa kamu sudah terlalu jauh pergi.

Rasa sayangku pelan-pelan kau ubah benci. Jahitan pilu kututup sempurna dengan lengkungan senyum. Aku tenggelam dalam buaian Asmara. Janji manis yang ku kira, ternyata sepahit kopi hitam tanpa gula. Aromanya menenangkan, rasanya yang tidak mengenakkan. Dulu, secercah harapan kau tanam, kau siram dengan segudang impian, yang akan kita wujudkan bersama. Kuberikan percayaku sepenuhnya kepadamu. Namun, semua itu terkikis oleh rasa khianat darimu. Kamu, kuperjuangkan. Tapi, aku, kau sia-siakan.

Aku salah telah mempertahankan hubungan ini. Mencintaimu menyakitkan bagiku. Memilikimu seutuhnya adalah mimpi yang tak terwujud. Nafasku terengah-engah saat kutahu masa lalumu kau dekap diam-diam. Dadaku terasa sesak, dibelakangku kau mempermainkan hati seorang wanita. Rasa bersalahmu melebur bersama kemunafikan. Musnahlah kamu dikehidupanku. Aku ingin kamu hilang disegala udaraku. Tinggalkan aku bersama siluetku, pergilah kamu tanpa meninggalkan jejak kakimu. Setelah sekian lama tak tersentuh Cinta, kini, hatiku kau patahkan. Rasanya aku sudah muak mengecap pahitnya kehilangan kepingan yang hilang dari jiwaku.

Sebelumnya, aku tidak pernah merasa seperti ini. Kala disetiap sujud kusebut namamu. Menengadahkan tangan dihadapan Sang Pencipta, memanjatkan butiran doa disetiap malam. "Aku tidak sesempurna yang kamu inginkan, tapi aku yakin bisa membahagiakanmu dengan cara yang sederhana". Ah.. Percuma. Semesta menunjukkan bahwa kamu tidak baik untukku. Tapi, salahkah diriku yang terlalu mencintaimu? Salahkah aku memperjuangkan orang yang kuanggap mencintaiku dengan tulus? Salahkah jika kita berharap dengan orang yang kita sayangi? Bukankah masa depan terjadi karena apa yang kita lakukan dimasa kini??

Apakah sabarku masih kurang untukmu? Lalu, wanita seperti apa yang kau cari? Yang mampu bertahan meski melihat kekasihnya bergandengan dengan wanita lain? Yang bersabar meski berkali-kali disakiti? Yang bersikap tegar didepan dunia padahal hatinya menangis??

Percayalah. Kamu tidak akan menemukan wanita lain sepertiku. Kelak, kamu akan menyesali semua perbuatanmu. Ingat, karma selalu datang diwaktu yang tepat. Tapi.. Salahkah aku jika masih berharap denganmu? Salahkah jika aku masih menunggumu? Berharap kamu kembali seperti dulu lagi. Meringkas sebuah cerita tentang kita. Namun kamu malah merobek halaman buku yang sudah kutulis dengan susah payah.

Kurasa nyawaku sudah sampai di kerongkongan. Memekik lembut sukma dan batinku. Perih datang ber tubi-tubi, sempat kuingin pergi tapi kumasih tetap bertahan disini. Aku merelakan semua yang pernah kugenggam dulu. Namun kamu malah menggenggam yang dulu kau lepaskan. Pengorbananku kau balas dusta. Kekecewaanku tak terkira. Ku pikir kamu akan menghampiriku kembali. Membawa sekuntum bunga dan mengucapakan kata maaf karena sudah membiarkanku berkutat dengan frustasi. Tetapi hanya delusi semata. Nyatanya kamu tidak mempunyai rasa kasihan dengan diriku. Kamu lebih memilih mereka, yang menurutmu lebih mampu memahamimu. Sementara aku? Memintamu mendengarkan seluruh isi hatiku saja kamu enggan. Kamu selalu ingin menang, tidak ingin disalahkan. Egois! Keras kepala! Hahaha.. Dan bodohnya diriku masih saja mencintaimu. Tolol! Pekok!

Tak perlu memberi harapan, jika kamu tidak bisa memberi kepastian. Tak perlu memberi janji, jika yang kamu bisa hanya mengingkari. Dan kamu juga tak perlu mengerti isi hati, jika yang kamu bisa hanya menyakiti.

Lelehan rinduku tidak sempurna, karena selama kita bertatap mata kamu selalu menganggapku tidak ada. Laksana Mega diufuk senja, dirimu Indah kunikmati hanya untuk sesaat. Pun terkadang menyia-nyiakan selembar moment saat senja melambaikan tangan.

Kesempatan tidak datang dua kali, ketika kamu sudah menemukan bunga Indah yang bisa membuatmu bahagia dengan cara yang sederhana. Tapi kamu masih ingin memetik bunga yang lebih cantik. Tidak perlu mencari yang sempurna jika yang sederhana saja sudah bisa membuatmu bahagia.

Kurelakan dirimu dengannya. Tuhan tau kamu buruk untukku. Dan aku bisa bernafas dengan lega saat kutahu setelah denganku kami masih mempermainkan hati wanita lain.

Apa yang Kamu Inginkan?

Ujian apa lagi yang kamu berikan padaku? Setelah sekian lama kamu tidak menyentuhku. Tidak pernah mengirim pesan singkat terlebih dulu. Tidak bertegur sapa meski hanya sebatas siluet tanpa jejak yang lewat dihadapanku. Tatap mata tanpa dosa yang kau arahkan padaku, pun ekspresi tak bersalah selalu bertopeng diwajahmu.

Bersabar ditengah dinginnya sikapmu padaku. Berubah seolah tak ingat masa-masa pertama kali kita bertemu. Dulu, tidak ada kata aku dan kamu. Semuanya kita jalani berdua, tanpa ada batas yang terikat dengan perasaan. Setan apa yang merasuki ragamu? Sehingga kamu enggan menatapku. Tidak menggubris pesan singkatku, sapaanku, lelahku, serta air mata yang diam-diam jatuh bersama sakit yang kau ciptakan.

Iya. Sakit yang kau ciptakan ketika aku sabar dengan kesendirianku, kamu malah berjalan dan bercanda tawa dengan mantanmu, teman dekatmu, dan siapapun itu yang secara tidak langsung menyakiti hatiku. Sikapmu merasa tidak bersalah. Senyumku palsu dihadapan teman-temanku. Membohongiku, merobohkan kepercayaan yang kuberikan sepenuhnya padamu. Sebelumnya, hati tidak pernah setegar ini. Tanpa belaianmu, bisikan semangat darimu, tatapan lembut matamu, pun semerbak parfum khasmu yang selalu ingin kucium. Aku merindukanmu yang dulu.

Kasih, kesabaranku tak bertepi. Percayaku padamu meyakinkanku. Tapi, kamu menyia-nyiakan aku. Cintaku terlalu dalam, lukaku juga semakin dalam menyayat ulu hati. Setiap hari, gelap malam tak bosan melihatku menangis. Menemani setiap jengkal emosi yang tidak bisa kuungkapkan. Hasrat terkubur didalam kenangan. Aku dan kamu masih bersama. Di waktu dan jarak yang sama. Dan di perasaan yang entah masih sama atau tidak.

Terkadang ditengah malam, mataku terjaga. Semua tentangmu masih berkutat dipikiranku. Rentetan pertanyaan mengantri untuk kau jawab. Secangkir kopi menenangkanku. Nasi dan lauk seolah enggan kumakan. Hanya kamu, cuma kamu yang aku pikirkan. Haha.. Aku selalu memikirkanmu, tapi apakah kamu pernah memikirkanku?? Melihat goresan namamu ditanganku saja kamu tidak peduli. Iya, sekarang, urusanmu ya urusanmu dan urusanku ya urusanku. Tidak ada lagi masalah untuk kita hadapi berdua. Jangan tanya ketika ada pria yang bisa membuatku lebih nyaman. Jangan tanya kenapa aku sakit dan menggores luka lagi ditangan. Karena semua itu tidak ada hubungannya denganmu. Ini urusanku, bukan urusanmu.

Mengirim pesan singkat hanya disaat butuh. Apakah kamu temanku? Yang hanya datang ketika butuh? Lalu pergi tanpa permisi dan rasa terimakasih? Heii.. Ini hati, bukan kos-kosan. Apa aku terlalu lemah sehingga mudah kamu kalahkan?

Wanita ini berjuang mati-matian. Membela seorang pria yang dicintainya dihadapan teman-temannya yang sebenarnya semua yang dikatakannya adalah bohong. Iya. Bohong demi orang yang dicintainya.

Berkali-kali kamu mengecewakanku. Namun aku masih tegak berdiri meski dihembus angin. Berkali-kali kamu memporak-porandakan hariku. Hati menjerit menangis kesakitan, tapi senyum palsu kulukis terpampang nyata.

Aku ingin bertanya pada semesta. Apakah ia masih mengijinkan kita untuk bersama dibawah naungan langit biru? Meskipun sakit yang kurasakan masih belum bisa terobati. Aku masih menunggumu. Menunggu pesan pertama darimu. Menunggu kamu mengerti apa yang kurasakan ketika kamu berada diposisiku. Kamu selalu membanding-bandingkanku dengan orang lain. Kekuranganku belum bisa kau tutupi. Kamu, kusempurnakan didepan dunia. Tapi, aku, kau cacatkan dihadapan semesta.

Jika memang yang kamu inginkan mengurangi komunikasi, aku terima itu. Tapi, sabarku ada batasnya. Aku, bukan orang lain yang bisa dengan sabar tidak kontek-kontekan dengan pasangannya. Aku, seseorang yang masih sangat butuh perhatian darimu. Tapi, aku, masih kamu abaikan. Kamu sia-siakan. Dan kamu tidak mau mengakui itu. Yang merasakan sakit aku, bukan kamu.

Jika suatu hari nanti hubungan ini kandas. Dan yang memutuskan kamu, berarti cintaku terlalu dalam. Diriku terlalu rendah untuk kau kalahkan. Dan perjuanganku sia-sia untuk kupertahankan. Tapi, jika aku masih bisa bertahan meski sembilu menancap perih didada, jangan menyesal jika kamu kehilangan wanita yang benar-benar tulus mencintaimu. Yang memperjuangkan cintanya, mempertahankan hubungannya, dan yang rela berkorban tersakiti meski tidak kamu akui.

Aku, teramat sangat menyayangimu.

Riza Agus Mahardika

- Copyright © Ini Blog Tentang Cerpen - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -